PERAN KOLESTEROL PADA PENYAKIT JANTUNG
OLEH : dr. Karel Dourman, Sp.PD, Sp.Jp
Data
epidemiologi menunjukkan Penyakit Kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab utama
kematian di Negara maju dan Negara berkembang. Dislipidemia merupakan salah
satu faktor risiko penyakit kardiovaskular terpenting yang dapat dimodifikasi.
Data penelitian pada populasi menunjukkan kadar kolesterol serum berhubungan
langsung dengan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK).
Patogenesis PKV
telah dimengerti dengan baik dan melibatkan akumulasi progresif kolesterol pada
dinding arteri, membentuk plak ateromatous dapat mengalami rupture dan
menyebabkan penyumbatan vaskular yang menjadi masalah serius, seperti infark
miokard, strok, angina pectoris atau penyakit arteri perifer.
Progresi
pembentukan arterosklolesis dan risiko PKV dipengaruhi oleh bermacam faktor risiko,
ter,asuk tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL.
Peningkatan kadar LDL-C berperan penting dalam pembentukan plak ateromatous dan
progresi serta ruptur plak, yang menyebabkan gejala akut terbanyak pada PJK.
Penatalaksanaan
PKV melibatkan kombinasi dari intervensi farmakologis sejalan dnegan perubahan
gaya hidup untuk mengurangi faktor risiko yang dapat dicegah, seperti
dislipidemia, hipertensi, obesitas, dan merokok. Berdasar kepada bukti klinis,
kadar kolesterol LDL dalam darah merupakan target utama dari terapi penurunan
kolesterol untuk pencegahan primer dan sekunder PKV, dengan manfaat terbesar
yang didapat dari intervensi dini.
PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis
adalah penyakit multifaktorial yang biasanya berkembang bertahun-tahun sebelum
ditemukan gejala klinis. Keadaan ini disebabkan oleh faktor risiko antara lain
hiperlipoproteinemia, diet tinggi kolesterol, merokok, dan diabetes mellitus.
Meskipun terdapat kesamaan mekanisme patogenesis yang mendasari, manifestasi
klinis plak ateromatous bervariasi tergantung pada lokasi plak. Kejadian klinis
meliputi penyakit jantung iskemik (arteri koroner), penyakit oklusi arteri (
arteri perifer), strok (arteri serebral), gagal ginjal (arteri renal), dan
aneurisme aorta (aorta).
Stadium
pertama arterosklerosis adalah kerusakan dan disfungsi endothelial, yang akan
memicu akumulasi dan oksidasi kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah.
Selanjutnya terjadi migrasi monosit dari pembuluh darah ke dalam intima sub
endotel dan perubahannya menjadi makrofak, yang mengakumulasi lemak untuk
membentuk inti lipid dari plak aterosklerotik. Trombosis dan proses inflamasi
mempunyai peran sentral dalam pembentukan lesi arterosklerotik. Produksi
mediator inflamasi dan sitokin merangsang migrasi dan proliferasi sel-sel otot
polos dari vaskular intima, dan penumpukan molekul matrik ekstra selular
seperti elastin dan kolagen, yang mengakibatkan pembesaran plak dan pembentukan
vibrous cap. Akhirnya vibrous cap menjadi rapuh dan rupture,
memaparkan jaringan trombogenik dibawahnya. Ruptur plak dapat menyebabkan
perkembangan lebih lanjut lesi aterosklerotik dengan menginduksi pembentukan
thrombus lebih lanjut dan melepaskan lebih banyak mediator inflamasi, dengan
akibat penyempitan lumen lebih lanjut. Outcome
lebih buruk pada rupture plak adalah oklusi arteri, yang dapat menyebabkan
infark miokard, strok iskemik, atau iskemia kritis pada jaringan perifer.
Proses
inflamasi memainkan peranan penting pada semua fase aterosklerosis, termasuk
ruptur plak yang mengacu pada kejadian iskemic akut seperti dibuktikan oleh
hubungan bermakna antara kadar penanda inflamasi C – reactive protein (CRP) dan terjadinya kejadian kardiovaskular.
CRP merupakan marker (penanda) inflamasi non spesifik, dan apakah ia berperan
langsung dalam patogenesis aterosklerosis masi menjadi perdebatan.