Narasumber
dr. Jusni Emelia, Sp.KFR
Osteoarthritis(OA
) adalah kelainan yang terjadi pada sendi yang bisa bergerak , yang
ditandai oleh menipisnya atau hilangnya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang baru
( osteofit ) pada subchondral dan tepi tulang.
Sendi- sendi yang menjadi predileksi terjadinya
OA adalah :
- Sendi penyokong berat badan ( weight bearing joint ) seperti sendi paha dan sendi lutut
- Sendi interfalang proksimal dan distal
- Sendi- sendi pada tulang belakang ( facet joint )
Sendi- sendi yang jarang mengalami OA
adalah sendi bahu, sendi pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Klasifikasi
Osteoarthritis dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
- OA primer ( idiopatik ) : Bila gejala OA timbul tidak diketahui penyakit yang mendasari dan faktor predisposisinya. Jenis ini paling banyak dijumpai pada usia lebih dari 50 tahun, bisa menyerang lebih dari satu sendi.
- OA sekunder : Bila gejala OA terjadi karena adanya suatu penyebab, seperti Kelainan kongenital pada sendi, Gangguan metabolic, Gangguan endokrin, Faktor genetik, Infeksi, Trauma, Obesitas, Dll.
Faktor Risiko
1.
Umur
2.
Jenis Kelamin
3.
Obesitas
4.
Penggunaan Sendi
5.
Penyakit Radang Sendi
6.
Penyakit Endokrin
7.
Faktorgenetik
8.
Trauma
9.
Dan
Lain- Lain
Patogenesis Terjadinya OA
Osteoarthritis ( OA )
terjadi bukan sekedar karena proses umur, tetapi lebih merupakan akibat proses
biokimia dan biomekanik abnormal yang dialami rawan sendi,
berupa ketidak seimbangan antara tekanan pada sendi dengan kemampuan fisiologis sistem peredam kejut
( shock absorber ) jaringan lunak,
tulang rawan dan tulang pembentuk sendi, faktor metabolik, faktor trauma,
dan faktor kegemukan.
Perubahan yang pertama terjadi pada OA
adalah ketidakrataan rawan sendi di susulul serasi dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam sendi di susul dengan terbentuknya kista subchondral,
osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membran sinovial. Pembengkakan sendi,
penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya ligamen menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas.
Otot sekitar sendi menjadi lemah karena efusisinovial dan disuse atrofi pada satu sisi dan spasmeotot pada sisi
lain.
Perubahan biomekanik ini disertai dengan perubahan biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme kondrosit,
gangguan biokimia matrikakibatter bentuknya enzim metaloproteinase( MPP ) yang
memecahkan proteoglikan dan kolagen.
Rawan sendi pada keadaan normal
melapisi ujung tulang. Matrik tulang rawan sendi mempunyai dua tipe makromolekul yaitu proteoglikan dan kolagen disamping
mineral, air, danenzim. Proteoglikan terdiri atas protein dengan rantai glikosaminoglikan,
kondroitin sulfat dan keratin sulfat. Proteoglikan bergabung dengang likosaminoglikan
lain dan protein lain yang berfungsi menstabilkan dan memperkuat rawan sendi.
Kolagen penting untuk integritas struktur dan kemampuan fungsi rawan sendi. Kolagen rawan sendi adalah kolagen tipe II. Stres mekanik yang terjadi akan mempengaruhi metabilisme kondrosit, pelepasan enzim MPP dan gangguan biokimia sifat matrik sehingga terdapat penurunan kadar proteoglikan sedangkan kolagen masih normal, sementara sintesis kondrosit meningkat sebagai tanda usaha memperbaiki diri. Sintesis kondrosit meningkatkankan kuantitas sitokin seperti interleukin I ( IL I ) Tumor Necrosis Factor ( TNFa ) enzim kologenase, gelatin IL I dan TNFa sebagai media yang akan mengaktifkan enzim proteolitik. Enzim MPP akan menyebabkan pemecahan proteoglikan dan kolagen. Enzim MPP dalam keadaan normal dihambat oleh Tissue Inhibitor of Metaloprotein ( TIMP ). Secara teoritis ketidak seimbangan antara produksi MPP dan TIMP akan menyebabkan peningkatan proteolisis matrik sehingga terjadi degenerasi rawan sendi (OA ).
Kolagen penting untuk integritas struktur dan kemampuan fungsi rawan sendi. Kolagen rawan sendi adalah kolagen tipe II. Stres mekanik yang terjadi akan mempengaruhi metabilisme kondrosit, pelepasan enzim MPP dan gangguan biokimia sifat matrik sehingga terdapat penurunan kadar proteoglikan sedangkan kolagen masih normal, sementara sintesis kondrosit meningkat sebagai tanda usaha memperbaiki diri. Sintesis kondrosit meningkatkankan kuantitas sitokin seperti interleukin I ( IL I ) Tumor Necrosis Factor ( TNFa ) enzim kologenase, gelatin IL I dan TNFa sebagai media yang akan mengaktifkan enzim proteolitik. Enzim MPP akan menyebabkan pemecahan proteoglikan dan kolagen. Enzim MPP dalam keadaan normal dihambat oleh Tissue Inhibitor of Metaloprotein ( TIMP ). Secara teoritis ketidak seimbangan antara produksi MPP dan TIMP akan menyebabkan peningkatan proteolisis matrik sehingga terjadi degenerasi rawan sendi (OA ).
Rawan sendi menjadi lunak , timbul
celah yang akan mencapai subchondral sehingga terbentuk kista. Serpihan rawan
sendi yang mengandung protein kolagen dan kristal fosfat kalsium terapung dalam
cairan sendi akan difagosit sel membran sinovial sehingga terjadi reaksi radang
( sinovitis ). Osteofit terjadi karena serpihan rawan sendi yang tumbuh menjadi
tulang yang keras.
Pemeriksaan Fisik
- Gejala
2. Kekakuan Sendi
3. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
4. Krepitasi
5. Pembengkakan Sendi
Pemeriksaan Sendi
- Joint tenderness
- Bone enlargement
- Malalignment
- Perabaan hangat
- Pembengkakan sendi
- Krepitasi
- Spasme, atrofi atau kelemahan otot
- Osteofit, permukaan sendi yang irregular
- Locking saat pemeriksaan ROM
- Kontraktur sendi
Pemeriksaan Neuromuskuler :
- Atrofi dan kelemahan otot terjadi pada OA kronik
- Pastikan nyeri bukan disebabkan oleh suatu impingement atau proses neuropati.
- Observasi pola jalan, biasanya antalgic gait atau slow gait, karena adanya nyeri
- Mungkin saja pasien datang menggunakan alat bantu seperti tongkat
- Evaluasi terhadap fleksibilitas sendi.
Keterbatasan Fungsi yang MungkinTerjadi
Tergantung pada sendi mana yang mengalami
OA. Pada OA paha dan lutut, pasien akan sering mengeluh jalannya menjadi lambat,
kesulitan naik turun tangga, kesulitan untuk transfer, seperti naik turun mobil, duduk
di kursi, dll. Pada OA bahu atau tangan, pasien akan mengeluh kesulitan melakukan aktifitas vokasional,
ADL, rekreasi, dll. Sedangkan padaOA spinal, pasien akan mengalami gangguan untuk mobilitas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen Foto
Akan ditemukan gambaran
: Penyempitan celah sendi, osteofit, sclerosis kortek, kista subchondral
2. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam batas normal
Penatalaksanaan Osteoartirits
Ada 4 prinsip penatalaksanaan OA :
1. Mencegah terjadinya toksisitas obat
2. Mencegah terjadinya disabilitas fisik
3. Mengobati nyeri dan keluhan lainnya
4. Memaksimalkan fungsi fisik dan psikososial
Sampai saat ini belum ada intervensi yang
bisa merubah progresifitas dari OA. Sejumlah intervensi hanya ditujukan pada penatalaksanaan nyeri dan kekakuan serta memperbaiki status fungsional.
Penatalaksanaan OA
Penata laksanaan yang
bisa diberikan padaOsteoartritis( OA ) yaitu :
1. Penatalaksanaan Awal (
initial )
Rejimen PRICE :
·
Protection : membatasi weight
bearing dengan menggunakan cane atau
modifikasi exercise untuk mengurangi stres.
modifikasi exercise untuk mengurangi stres.
·
Relative rest : istirahat yang cukup, menghindari berdiri
lama, naik turun tangga dll
·
Ice : menggunakan kompres dingin beberapa kali sehari )
·
Compression : jika terdapat edem,
balut dengan elastic bandage mungkin bisa
membantu mengurangi edem
membantu mengurangi edem
·
Elevation : bisa membantu mengurangi pembengkakan
2. Obat- Obatan
Obat- obatan yang di
gunakan untuk mengatasi nyeri pada OA adalah golongan
NSAIDS. Obat lain yang sekarang sedang populer digunakan adalah preparat
glukosamin khondroitin yang merupakan substrat yang berperan dalam sintesis rawan
sendi. Injeksi steroid atau asam hyaluronat juga bisa digunakan.
NSAIDS. Obat lain yang sekarang sedang populer digunakan adalah preparat
glukosamin khondroitin yang merupakan substrat yang berperan dalam sintesis rawan
sendi. Injeksi steroid atau asam hyaluronat juga bisa digunakan.
3. Rehabilitasi
Program rehabilitasi pada OA
bertujuan untuk :
- Edukasi
Edukasi sangat menunjang keberhasilan penatalaksanaan rehabilitasi medik
karena penderita mengerti mengenai penyakit itu sendiri,
melakukan aktifitas
perlindungan sendi, sehingga dapat mempertahankan perbaikan integritas
biomekanik sendi
yang dihasilkan oleh terapi,
mencegah progresifitas penyakit dan
meningkatkan kualitas hidup penderita OA.
- Penggunaan Modalitas
Sesuai dengan prinsip penatalaksanaan OA,
maka berbagai modalitas telah
digunakan untuk pasien OA.
digunakan untuk pasien OA.
Modalitas yang bisa digunakan adalah Modalitas dingin,
Modalitas panas
( superficial, deep ), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS ),Ultrasound,
LASER, Hidroterapi, dll .
- Exercise ( Terapi Latihan )
( superficial, deep ), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS ),Ultrasound,
LASER, Hidroterapi, dll .
- Exercise ( Terapi Latihan )
Terapi latihan untuk pasien OA
diantaranya adalah :
a. Stretching ( latihan peregangan ) terhadap otot-
otot di sekitar sendi yang
mengalami OA.
mengalami OA.
b. Strengthening exercise ( latihan penguatan )
untuk otot- otot di sekitar sendi
c. Latihan Aerobik
- Alat Bantu Jalan
- Alat Bantu Jalan
Cane dan walker digunakan untuk menurunkan beban pada sendi sehingga
membantu menurunkan nyeri dan mencegah jatuh.
membantu menurunkan nyeri dan mencegah jatuh.
- Ortosis Prosthesis
Penggunaan brace dan taping mampu mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi
pada sendi yang mengalami OA.
pada sendi yang mengalami OA.
4. Operasi
Komplikasi
- Komplikasi penyakit : Immobilisasi,
penurunan kapasitas okupasional, rekreasi dan
sosial, menurunkan keahlian merawat diri sendiri.
sosial, menurunkan keahlian merawat diri sendiri.
- Komplikasi pengobatan : bisa terjadi gangguan
fungi ginjal, saluran cerna dan hati karena
efek samping obat.
efek samping obat.
Terima Kasih... Semoga Bermanfaat
Disampaikan pada Talkshow Kesehatan
di Radio Elgangga 100,3 FM
( 23 April 2013 )
" Memberikan Pelayanan Terbaik untuk Kepuasan Pasien & Keluarga "