AYO CEGAH DIFTERI
- PENDAHULUAN
- UPAYA PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT DIFTERI
1. IMUNISASI
2. PENEMUAN KASUS DAN PENYULUHAN KESEHATAN
3. PENINGKATAN KERJASAMA / KOORDINASI ANTAR
INSTANSI
PENGENALAN PENYAKIT DIFTERI
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
3. KLASIFIKASI
4. GEJALA
Oleh : dr Nanang Natawiredja, SpA
Disampaikan pada acara
TALKSHOW KESEHATAN ON AIR
RADIO DAKTA 107 FM
Jumat, 26 Januari 2018
Pk. 14.00 sd 15.00
JADWAL PRAKTEK
di RS CITRA HARAPAN
Senin
sd Jum’at
Pk. 08.30 sd 12.00
Sabtu
Pk. 18.30 sd 20.00
WABAH PENYAKIT DIFTERI
Akhir – akhir ini diberitakan di daerah / propinsi di Negara
kita telah terjadi wabah penyakit DIFTERI, Dikatakan wabah atau Out Break
karena terdapatnya kasus dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat di
berbagai daerah ( kabupaten / kota atau propinsi )
Beberapa tahun yang lalu sebenarnya telah terjadi peningkatan
kasus yang tidak terlalu banyak pada beberapa daerah yang terbatas, misal di
Jawa Timur. Hal ini ada hubungannya dengan tingkat cakupan imunisasinya rendah,
di mana telah terjadi penolakan sebagian warga terhadap program imunisasi
dengan alasan kepercayaan atau agama.
Penolakan sebagian warga terhadap program imunisasi telah
menyebabkan turunnya kekebalan kelompok sehingga akhirnya anak – anak di daerah
tersebut tetap Infeksi kuman DIFTERI
Disamping itu masalah transportasi & komunikasi yang
sulit di beberapa daerah
Dalam jangka panjang kelompok anak yang kekebalannya kurang
apabila pindah tempat tinggal akan menyebabkan kekebalan kelompoknya juga
berkurang, sehingga menambah luasnya daerah dengan kekebalan kelompok yang kurang.
Karena belum ditangani dengan tuntas, kekebalan kelompok anak
terhadap penyakit DIFTERI makin berkurang sedangkan daerahnya makin luas. Yang
terjadi kemudian adalah terjadinya wabah secara lebih luas dan serentak,
sehingga penanggulangannya lebih sulit.
Kita harus bergerak
cepat supaya tidak timbul korban yang banyak!
UPAYA PENANGGULANGAN
WABAH PENYAKIT DIFTERI
Merupakan
tindakan yang efektif dan efisien asal mencapai jangkauan 90 – 95 % dari
populasi
Dalam rangka ORI
( Outbreak Respons Immunization ) yang dilakukan adalah :
-
Usia 1 s/d 5 th :
Pentabio ( DPT, HePB, HIB )
-
Usia 5 s/d 7 th :
DT
-
Usia 7 s/d 19 th :
Td
Dengan Jadwal 0 – 1 – 6 bln
Vaksinasi Difteri
di luar rentang ORI
-
orang dewasa dengan kondisi yang berbeda
-
Ibu hamil trimester II & III / Ibu
menyusui
-
karena orang dewasa pun dapat terkena
-
Mobilitas penduduk yang tinggi
-
Gerakan / paham yang menentang Imunisasi
-
Komitmen pemerintah daerah yang tidak seragam
- PENEMUAN KASUS & PENYULUHAN
KESEHATAN
Dalam keadaan
wabah pasti di temukan kasus – kasus baru yang bila tidak diobati akan menjadi
sumber penularan baru.
Kasus yang
dicurigai à di
observasi atau di isolasi sampai kondisinya jelas.
Masyarakat yang
mengenali atau mencurigai adanya kasus baru, kiranya dapat di minta
kesediaannya untuk melaporkannya kepada petugas kesehatan atau petugas puskesmas
mau mendatangi kasus yang di curigai.
Pada saat
kunjungan petugas puskesmas sekaligus melihat kondisi lingkungan dan memberikan
penyuluhan kesehatan antara lain mengenai pengenalan penyakit Difteri
Cara menghindari diri dari kontak, sbb :
-
Dengan memakai masker
-
menjaga kebersihan diri
-
Anjuran Imunisasi
Dari kasus yang
positif dan atau di rawat perlu juga
diperhatikan keluarga dan lingkungannya
3. PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR INSTANSI
khususnya yang
berhubungan dengan sektor kesehatan dan kesejahteraan rakyat karena tingginya
angka kematian yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi maupun non
ekonomi.
PENGENALAN PENYAKIT
DIFTERI
1. DEFINISI :
Penyakit difteri adalah suatu
penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman C. Difteri yang sangat mudah menular, terutama mengenai
saluran nafas bagian atas atau dengan tanda – tanda yang khas yaitu
terbentuknya selaput ( Pseudo Membran ) dan adanya
pembentukan ( exotoksin ) Kuman penyakit dapat dikenali dengan cara
pemeriksaan preparat secara langsung yang diambil dari tempat luka.
Pada orang yang ter
infeksi Basil / kuman dapat membentuk
:
-
Pseudo
Membran yang sukar di angkat dan mudah
berdarah
- Exsotoksin
yang ganas yang dapat meracuni otot jantung, ginjal dan jaringan saraf yang
dapat menyebabkan gangguan pada hati dan ginjal
Kematian terutama disebabkan oleh
sumbatan membran pada laring dan trakea, gagal jantung, gagal
nafas serta kelumpuhan otot – otot
2. EPIDEMIOLOGI
Penularan umumnya melalui udara,
berupa droplet infection atau melalui benda – benda yang terkontaminasi
3. KLASIFIKASI
Pembagian berdasarkan lokasi yang
terkena dan menurut berat ringannya :
-
Infeksi ringan , terbatas pada mulut, hidung,
nyeri menelan
-
Infeksi sedang , Pseudo membrane menyebar ke dinding belakang pharing
-
Infeksi berat, disertai gejala sumbatan jalan
nafas disertai gejala komplikasi ke jantung, ginjal, kelumpuhan
4. GEJALA
Gejala demam yang tidak terlalu
tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala, animia dan tampak lemah. Nyeri menelan ,
sesak nafas , suara serak dan ngorok
-
Difteri Hidung
Gejala mula – mula batuk pilek, kemudian secret yang
bercampur darah
-
Difteri Pharing & Tonsil
Terdapat Pseudo Membrane pada tenggorok
·
Nafas berbau
·
Pembengkakan kelenjar getahbening ( Bull Neeck )
·
Susah menelan disertai suara serak
Stridor insfiration à
akibat paralisis palatum molle
-
Difteri larings
·
Suara serak dan stidor insfiratoir , sesak nafas
, retraksi pernafasan
·
Pembesaran kelenjar regional
RS CITRA HARAPAN
“ memberikan
pelayanan terbaik untuk kepuasan pasien & keluarga “