Diagnosis & Terapi TB
Penyakit tuberkulosis (penyakit TB atau sering dikenal
dengan istilah “TBC” atau “flek paru” oleh masyarakat) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis (kuman TB). Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang
dapat menular melalui percikan dahak yang dikeluarkan oleh pasien TB saat
pasien batuk atau bersin. Infeksi dapat terjadi jika orang lain menghirup udara
yang mengandung percikan dahak yang infeksius tersebut. Berdasarkan data WHO Global Tuberculosis Report tahun 2016,
Indonesia merupakan negara dengan kasus TB terbanyak kedua di dunia setelah
India sehingga sangat banyak kasus TB yang dapat ditemukan dalam praktik
sehari-hari di Indonesia. Banyaknya kasus di masyarakat, tingkat penularan,
gejala yang bervariasi, pengobatan yang lama, efek samping obat serta
pengetahuan masyarakat yang kurang merupakan beberapa contoh alasan mengapa TB
menjadi salah satu penyakit yang masih sulit diberantas di Indonesia.
Penyakit TB dapat mengenai berbagai organ di dalam tubuh
seperti paru, pleura, kelenjar getah bening, perut, saluran kencing, kulit,
sendi, selaput otak dan tulang namun kasus terbanyak adalah TB pada organ paru
(TB paru). Gejala yang dapat terjadi bergantung pada organ tubuh yang terkena.
Pada TB paru, keluhan yang sering muncul adalah batuk dalam periode ≥2 minggu
yang tidak diketahui penyebabnya, batuk darah, sesak napas atau nyeri dada.
Keluhan dan gejala klinis lain yang dapat menyertai adalah demam, berkeringat
di malam hari, merasa lemah dan lesu, berat badan menurun hingga badan menjadi
kurus sekali (anoreksia) tanpa penyebab yang jelas. Apabila anda/ orang
terdekat mengalami gejala-gejala diatas, sebaiknya dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Keluhan dan gejala klinis pada TB yang terjadi di luar
organ paru tergantung pada organ tubuh yang terlibat. Pada limfadenitis TB (TB
pada kelenjar getah bening tubuh) akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening
yang lambat dan tidak nyeri di bagian tubuh tertentu seperti leher, ketiak dan
lainnya. Pada meningitis TB (TB pada selaput otak) akan terlihat berbagai
gejala meningitis seperti pusing, sakit kepala atau kejang tanpa sebab yang
jelas. Pada pleuritis TB (TB pada pleura) didapatkan gejala sesak napas atau
nyeri dada pada sisi pleura yang sakit. Gejala TB sangat bervariasi mulai dari
yang tidak ada gejala, ringan hingga berat dikarenakan luas lesi dan organ
tubuh yang terkena sehingga diperlukan pengamatan yang cermat oleh dokter
terlatih untuk mendiagnosis TB, terutama TB di luar paru.
Jika anda/ orang
terdekat anda mengalami salah satu/berbagai gejala yang telah disebutkan
sebelumnya, sebaiknya segera berobat ke dokter atau dokter Spesialis Paru untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan untuk mendeteksi TB (terutama TB paru)
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dahak BTA (sebanyak 3 kali) dan/atau
foto toraks. Pemeriksaan dahak BTA sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari dan
sebelum sarapan dalam waktu 3 hari berturut-turut. Pilihan lain adalah
pemeriksaan dilakukan dengan metode Sewaktu-Pagi-Sewaktu, yaitu saat pasien
berobat ke dokter pertama kali (dahak I), saat pagi hari keesokan harinya
(dahak II) dan terakhir saat pasien datang membawa dahak II ke fasilitas
laboratorium (dahak III). Pemeriksaan foto toraks digunakan untuk menentukan
letak dan luas lesi TB serta dapat dilakukan kapan saja kecuali pada pasien
perempuan yang sedang hamil. Kedua jenis pemeriksaan ini dapat dilakukan di
puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki laboratorium serta
unit radiologi. Diagnosis TB dapat ditegakkan atas pertimbangan dokter dengan
bantuan pemeriksaan dahak BTA dan/atau foto toraks.
Jika telah didiagnosis TB, jangan takut karena TB dapat
diobati. Pengobatan TB cukup lama yaitu minimal 6 bulan hingga 12 bulan, tergantung
pada luas dan lokasi organ yang terkena. Pengobatan TB pada pasien yang terkena
TB pertama kali terdiri dari 4 jenis obat yaitu Rifampisin, Isoniazid,
Pyrazinamid dan Etambutol. Keempat jenis
obat ini harus dimakan setiap hari dengan dosis dan anjuran dokter. Saat
pengobatan, pasien sebaiknya kontrol setiap 2 hingga 4 minggu sekali untuk
mengevaluasi kepatuhan minum obat, dosis obat, efek samping obat dan perbaikan
klinis pasien. Tidak dianjurkan untuk meminum obat-obat TB tanpa pengawasan
dokter. Selama pengobatan, akan dilakukan evaluasi secara klinis, foto toraks
ulang, pemeriksaan dahak ulang bahkan pemeriksaan darah sesuai pertimbangan
dokter. Pengobatan TB dapat dihentikan jika dokter atau dokter Spesialis Paru
telah melakukan evaluasi dan memutuskan bahwa pasien telah selesai berobat dan
sembuh dari TB.
Penting diingat bahwa pasien dapat mengalami TB kembali
setelah sembuh dari episode TB yang pertama kali (disebut juga TB kasus
kambuh). Pasien yang mengalami TB kasus kambuh memiliki gejala klinis dan
keluhan serupa dengan yang telah dijelaskan sebelumnya. Penegakkan diagnosis TB
kasus kambuh harus dilakukan oleh dokter terlatih dan sebaiknya dirujuk ke
dokter Spesialis Paru untuk penanganan lebih lanjut. Pengobatan TB kasus kambuh
hampir mirip dengan pengobatan TB pertama kali namun disertai dengan penambahan
obat suntikan Streptomisin secara intramuskular dalam periode 2-3 bulan
pertama. Pengobatan pada kasus kambuh lebih lama yaitu minimal 8 bulan dan
harus dievaluasi secara ketat oleh dokter. Jika terjadi efek samping selama
pengobatan TB seperti mual, muntah, alergi obat, gangguan liver, gangguan
ginjal dan lainnya sebaiknya pasien segera dirujuk ke dokter Spesialis Paru
untuk penanganan lebih lanjut.
Yang penting diingat tentang tuberkulosis atau TB adalah
penyakit ini dapat menular jika tidak ditangani dengan baik sehingga penting
untuk selalu kontrol dan berobat ke dokter hingga telah dinyatakan sembuh.
Pasien yang memiliki keluhan batuk ≥2 minggu tanpa sebab yang jelas dengan
salah satu/lebih gejala diatas sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau
dokter Spesialis Paru untuk memastikan diagnosis TB. Jika anda/orang terdekat
memiliki keluhan batuk, biasakanlah untuk selalu tutup hidung/mulut anda dengan
tissu/sapu tangan/ lengan baju setiap batuk agar tidak mengenai orang sekitar
anda, segera buang tissu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah. Selalu rajin mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol. Jangan lupa untuk selalu
memakai masker setiap beraktivitas dan cuci/ganti masker tersebut sekali sehari
untuk melindungi anda dari pajanan infeksi serta melindungi orang-orang
disekitar anda dari penularan penyakit.
Ingat! TB dapat dicegah dan diobati selama anda mengikuti anjuran dokter
dan selalu kontrol dan berobat ke dokter terdekat. Jaga dan lindungi diri anda
dan orang terdekat anda dengan selalu mengikuti anjuran dokter.
Oleh : dr. Rizky Andriani, Sp.P,
FAPSR
Dokter Spesialis Paru
RS CITRA
HARAPAN
JADWAL PRAKTEK
Senin
sd kamis
Pk. 15.00-19.00
Sabtu
Pk: 11.00 – 13.00